Sulteng Urutan Empat Pengguna Narkoba Tertinggi di Indonesia

Sulawesi Tengah dinyatakan sebagai Propinsi dengan tingkat Penyalahgunaan Narkoba tertinggi ke empat di Indonesia. Hal ini berdasarkan hasil survey tahun 2019 yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN)  bersama Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya-LIPI.

Kepala BNN Provinsi Sulawesi Tengah,  Brigjen. Pol Drs. Sugeng Suprijanto, SH mengatakan bahwa tingkat peredaran dan penyalahgunaan narkoba, khususnya di Sulteng sudah sangat mengerikan. Bahkan menurutnya, pada tahun 2018 lalu, sedikitnya pengguna Narkoba yang direhabilitasi di Sulteng sebanyak 216 pelajar dan 52 PNS/POLRI/TNI.  

“Sungguh kenyataan yang menyesakkan dada” ujar Sugeng saat membuka acara Talkshow bertema “Peranan Perempuan dalam Mewujudkan Keluarga Bersinar (Bersih dari Narkoba)” di Hotel Lawahba Palu, Kamis (5/3/2020). Acara ini diikuti oleh seluruh organisasi perempuan di Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya Sugeng mengungkapkan, pola perdagangan narkoba internasional di Indonesia dapat digambarkan dengan infografis di bawah ini :

Dari infografis tersebut menujukkan begitu menggiurkannya bisnis narkoba di Indonesia.” tegas Sugeng.

Dengan terbitnya Inpres No 6 Tahun 2018 tentang RAN P4GN 2018-2019 menjadi landasan utama dalam bertindak bagi seluruh instansi pemerintah dalam Rencana Aksi Nasional P4GN (Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba).

Sebagai penutup dari sharing sessionnya Sugeng menegaskan “ Penyalah Guna dan Pecandu Narkoba yang melapor diri untuk direhabilitasi tidak diproses Hukum dan masuk rehabilitasi BNN tanpa dipungut biaya.”

Selanjutnya sesi yang kedua adalah pemaparan oleh Rachman Yape, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Materi yang dibawakan dengan tema  “Membangun Ketahanan Keluarga Dalam Pencegahan Pemberantasan Penyalagunaan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).”

Rachman menjelaskan Kehadiran korban narkoba di dalam keluarga sering menjadi momok yang sangat menakutkan baik dalam keluarga itu sendiri, juga lingkungan sekitar bahkan tidak sedikit yang dapat menimbulkan penderitaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar penyalahgunaan narkoba berasal dari keluarga yang tidak sehat dan tidak bahagia.

”Pencegahan penyalahgunaan keluarga seharusnya dimulai dalam keluarga. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan wadah utama dalam proses sosialisasi anak menuju kepribadian yang lebih dewasa. Keluarga yang harmonis merupakan kunci menuju ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga sangat berkaitan dengan kemampuan individu dan keluarga dalam menghadapi tantangan dan masalah, dimana biasanya keinginan untuk mennggunakn zat-zat  psikotropika, narkotika dan adiktif seringkali muncul dari keluarga yang rentan atau ketahanannya rendah.” Ujar Rachman yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Seksi Terapi dan Rehabilitasi BNP Sulteng.

Rachman mengungkapkan “Ketahanan keluarga dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yakni beban psikologis ayah/ibu yang berat seperti stress di tempat kerja, sikap egois, kecurigaan suami/istri yang salah satu dari mereka selingkuh. Sedangkan faktor eskternal yakni campur tangan pihak ketiga, pergaulan negatif anggota keluarga, kebiasaan istri bergunjing di rumah orang, kebiasaan berjudi yang mengakibatkan kekacauan keluarga”

Keluarga yang sejahtera yang diliputi suasana yang serasi, selaras dan seimbang dimana anak-anak dapat tumbuh dan berkembang baik secara fisik, mental dan sosialnya secara optimal serta dipenuhi rasa penuh kasih sayang di dalam keluarga. Anak-anak yang tumbuh dengan kasih sayang dan rasa aman serta dengan adanya kesempatan untuk menyatakan perasaan dan mengeluarkan pendapat serta dididik untuk mengambil keputusan yang bijaksana, kemungkinan besar tidak akan menyalahgunakan narkoba. Lanjut Rachman.

Rachman menutup sesinya dengan  prinsip yang selama ini dia pegang teguh dalam menjaga ketahanan keluarganya, beliau berujar “ Keluarga adalah Segalanya”